Cinta Menurut Pandangan Islam
Cinta dalam pandangan Islam adalah suatu hal yang sakral. Islam adalah agama fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta tersebut diutarakan.
Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahu bahwa ia mencintainya. (HR Abu Daud dan At-Tirmidzy). Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai, bahkan dianjurkan agar mendapat keutamaan-keutamaan. Islam tidak membelenggu cinta, karena itu Islam menyediakan penyaluran untuk itu (misalnya lembaga pernikahan) dimana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang, (Ar-Ruum: 21)
Ayat di atas merupakan jaminan bahwa cinta dan kasih sayang akan Allah tumbuhkan dalam hati pasangan yang bersatu karena Allah (setelah menikah). Jadi tak perlu menunggu jatuh cinta dulu baru berani menikah, atau pacaran dulu baru menikah sehingga yang menyatukan adalah si syetan durjana (naudzubillahi min zalik). Jadi Islam jelas memberikan batasan-batasan, sehingga nantinya tidak timbul fenomena kerusakan pergaulan di masyarakat.
Dalam Islam ada peringkat-peringkat cinta, siapa yang harus didahulukan/ diutamakan dan siapa/apa yang harus diakhirkan. Tidak boleh kita menyetarakan semuanya.
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (Al-Baqarah: 165)
Menurut Syaikh Ibnul Qayyim, seorang ulama di abad ke-7, ada enam peringkat cinta (maratibul-mahabah), yaitu:
1. Peringkat ke-1 dan yang paling tinggi/paling agung adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Rabbul alamiin. Dan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (S.2: 165) Jadi ungkapan-ungkapan seperti: Kau selalu di hatiku, bersemi di dalam qalbu atau Kusebutkan namamu di setiap detak jantungku, Cintaku hanya untukmu, dll selayaknya ditujukan kepada Allah. Karena Dialah yang memberikan kita segala nikmat/kebaikan sejak kita dilahirkan, bahkan sejak dalam rahim ibu.
Jangan terbalik, baru dikasih secuil cinta dan kenikmatan sama si doi kita sudah mau menyerahkan jiwa raga kepadanya yang merupakan hak Allah. Lupa kepada Pemberi Nikmat, Maka nikmat apa saja yang ada pada kalian, maka itu semua dari Allah (S. 2: 165).
2. Peringkat ke-2; isyk yang hanya merupakan hak Rasulullah saw.
Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, dll, namun bukan untuk menghambakan diri kepadanya. Katakanlah jika kalian cinta kepada Allah, maka ikutilah aku (Nabi saw) maka Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. (Ali Imran: 31)
3. Peringkat ke-3; syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya.
Antara suami istri, anatar orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah.
4. Peringkat ke-4; shababah yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah Islamiyah.
5. Peringkat ke-5; ithf (simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, berdakwah, dll.
6. Peringkat ke-6 adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta/keinginan kepada selain manusia: harta benda. Namun keinginan ini sebatas intifa (pendayagunaan/pemanfaatan).
Hubungan Cinta Dan Keimanan
Dalam Islam cinta dan keimanan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Cinta yang dilandasi iman akan membawa seseorang kepada kemuliaan sebaliknya cinta yang tidak dilandasi iman akan menjatuhkan seseorang ke jurang kehinaan. Cinta dan keimanan laksana dua sayap burung. Al Ustadz Imam Hasan Al Banna mengatakan bahwa dengan dua sayap inilah Islam diterbangkan setinggi-tingginya ke langit kemuliaan. Bagaimana tidak, jikalau iman tanpa cinta akan pincang, dan cinta tanpa iman akan jatuh ke jurang kehinaan. Selain itu iman tidak akan terasa lezat tanpa cinta dan sebaliknya cinta pun tak lezat tanpa iman. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw: Barang siapa ingin memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah swt. (riwayat Imam Ahmad, dari Abu Hurairah).
Tidak heran ketika Uqbah bin Al Harits telah bercerai dengan istri yang sangat dicintainya Ummu Yahya, atas persetujuan Rasulullah saw hanya karena pengakuan seorang wanita tua bahwa ia telah menyusukan pasangan suami istri itu di saat mereka masih bayi. Allah mengharamkan pernikahan saudara sesusuan. Demikian pula kecintaan Abdullah bin Abu Bakar kepada istrinya, yang terkenal kecantikannya, keluhuran budinya dan keagungan akhlaknya. Ketika ayahnya mengamati bahwa kecintaannya tersebut telah melalaikan Abdullah dalam berjihad di jalan Allah dan memerintahkan untuk menceraikan istrinya tsb. Pemuda Abdullah memandang perintah tsb dengan kaca mata iman, sehingga dia rela menceraikan belahan jiwanya tsb demi mempererat kembali cintanya kepada Allah.
Subhanallah, pasangan tersebut telah bersatu karena Allah, saling mencinta karena Allah, bahkan telah bercinta karena Allah, namun mereka juga rela berpisah karena Allah. Cinta kepada Allah di atas segalanya. Bagaimana halnya dengan pasangan yang terlanjur jatuh cinta, atau yang berpacaran atau sudah bercinta sebelum menikah? Hanya ada dua jalan; bersegeralah menikah atau berpisah karena Allah, niscaya akan terasa lezat dan manisnya iman. Dan janganlah mencintai ‘si dia lebih dari pada cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dari Anas ra, dari nabi saw, beliau bersabda:
Ada tiga hal dimana orang yang memilikinya akan merasakan manisnya iman, yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala-galanya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan enggan untuk menjadi kafir setelah diselamatkan Allah daripadanya sebagaimana enggannya kalau dilempar ke dalam api. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah ra, rasulullah saw bersabda:
Demi zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, kamu sekalian tidak akan masuk surga sebelum beriman, dan kamu sekalian tidaklah beriman sebelum saling mencintai (HR Muslim)
CINTA KEPADA ALLAH, ITULAH YANG HAKIKI
Cinta bagaikan lautan, sungguh luas dan indah. Ketika kita tersentuh tepinya yang sejuk, ia mengundang untuk melangkah lebih jauh ke tangah, yang penuh tantangan, hempasan dan gelombang dan siapa saja ingin mengarunginya. Namun carilah cinta yang sejati, di lautan cinta berbiduk taqwa berlayarkan iman yang dapat melawan gelombang syaithan dan hempasan nafsu, insya Allah kita akan sampai kepada tujuan yaitu: cinta kepada Allah, itulah yang hakiki, yang kekal selamanya. Adapun cinta kepada makhluk-Nya, pilihlah cinta yang hanya berlandaskan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Bukan karena bujuk rayu setan, bukan pula karena desakan nafsu yang menggoda.
Cintailah Allah, berusahalah untuk menggapai cinta-Nya. Menurut Ibnu Qayyim, ada 10 hal yang menyebabkan orang mencintai Allah swt:
1. Membaca Al-Qur'an dan memahaminya dengan baik.
2. Mendekatkan diri kepada Allah dengan shalat sunat sesudah shalat wajib.
3. Selalu menyebut dan berzikir dalam segala kondisi dengan hati, lisan dan perbuatan.
4. Mengutamakan kehendak Allah di saat berbenturan dengan kehendak hawa nafsu.
5. Menanamkan dalam hati asma dan sifat-sifatnya dan memahami makna.
6. Memperhatikan karunia dan kebaikan Allah kepada kita.
7. Menundukkan hati dan diri ke haribaan Allah.
8. Menyendiri bermunajat dan membaca kitab sucinya di waktu malam saat orang lelap
tidur.
9. Bergaul dan berkumpul bersama orang-orang soleh, mengambil hikmah dan ilmu dari mereka
10. Menjauhkan sebab-sebab yang dapat menjauhkan kita daripada Allah.
-Zul Was Here-
ADA 2 MACAM HATI MENURUT PANDANGAN ISLAM
hilabiyus rabian: 1) Hati yang sakit (al Qalbu al Maridh)
hilabiyus rabian: Perumpamaan bagi orang yang hatinya sakit adalah ia tak ubahnya seperti gelas kotor dan kusam yang tak pernah dibersihkan, lalu diisi air keruh. Perhatikanlah, bahwa jangankan memasukan sebutir debu yang kasat mata ke dalamnya, benda-benda seperti paku payung, jarum, silet atau pula patahan pisau cutter sekalipun tidak akan tarnpak terlihat. Yang terlihat tak pemah berubah, yaitu hanya kotor dan kusamnya gelas. Perumpamaan lain bagi orang yang hatinya sa kit, ialah ibarat cermin, ia sakit, ialah ibarat cermin, ia adalah cermin yang tidak terawat, sehingga penuh noktah-noktah (titik-titik) hitam.
hilabiyus rabian: Dari Hudzaifah bin ,AJ Yaman r,a. Rasulullah SAW pemah bersabda, " Bencana (fitnah) menyerang hati seperti teranianya tikar seutas-seutas, Maka hati yang menerima bintik- bintik fitnah tersebut, akan tertitiklah pada noktah-noktah hitam, sedangkan hati yang tidak menerimanya, akan tergoreslah padanya titik-titik putih, Akibatnya, hati ter-bagi menjadi dua bagian, Pertama, hati yang hitam legam, cekung bagaikan sebuah gayung terbalik (tertelungkup) , Tidak kenal yang rnakruf dan tidak ingkar kepada yang munkar, kecuali apa-apa yang diserap oleh hawa nafsunya, Kedua, hati yang cerah dan putih bersih, yang tidak ternodai fitnah selama bumi dan langit terbentang"[H.R Muslim].Padahal hati serupa bejana, selama bejana itu berisi air, rnaka udara tidak akan bisa masuk Begitu pula hati yang disibukan dengan hawa nafsu, sifat tamak, dan mementingkan dunia sehingga lalai terhadap Allah, maka tidak akan dapat masuk ke dalam hati tersebut perasaan makrifat dan penampakan keagungan Allah SWT Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, "Andaikan syetan-syetan itu tidak mengerubungi hati anak Adam, niscaya mereka dapat memandang ke alam malaikat yang ada di langit" [H. R. Ahmad]
hilabiyus rabian: 2. Hati yang mati (at Qatbu at Mayyit)
hilabiyus rabian: Hati yang mati adalah hati yang sepenuhnya dikuasai hawa nafsu sehingga ia terhijab dari mengenal Tuhannya. Hari-harinya adalah hari-hari penuh kesombongan terhadap allah, sama sekali ia tidak mau beribadah kepada-Nya, dia juga tidak mau menjalankan perintah dan apa-apa yang diridhai-Nya. Hati model ini berada dan berjalan bersama hawa nafsu dan keinginan-nya walaupun sebenarya hal itu dibenci dan dimurkai Allah. Ia sudah tak peduli, apakah Allah ridha kepadanya atau tidak? Sungguh, ia telah berhamba kepada selain Allah Bila mencintai sesuatu, ia mencintainya karena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak, mencegah, membenci sesuatu juga karena hawa nafsunya. Hawa nafsu telah menguasai dan bahkan menjadi pemimpin dan pengendali bagi dirinya. Kebodohan dan kelalaian adalah sopirnyKemana saja ia bergerak, maka gerakannya benar-benar telah diselubungi oleh pola pikir meraih kesenangan duniawi semata. Pendek kata, hatinya telah tertutup oleh lapisan kegelapan cinta dunia dan mempertaruhkan hawa nafsu.
http://eabdat.multiply.com/journal/item/7
Cinta Menurut Islam
Syariat Islam Mengenai Cinta ; Menikah Tanpa Cinta
mediamuslim.info -Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah Subhanallahu wa Ta’ala di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. Sebagaimana Firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala, yang artinya: ”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Cinta mengandung segala makna kasih sayang, keharmonisan, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka, lapang dan sempit.
Cinta Adalah Fitrah Yang Suci Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya.Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik. Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia.Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya. Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram. Menikah Tanpa Cinta Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi oleh cinta. Mereka berpendapat bahwa cinta itu bisa muncul setelah pernikahan. Islam memandang bahwa faktor ketertarikan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja.Islam melarang seorang wali menikahkan seorang gadis tanpa persetujuannya dan menghalanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termuat dalam Al Qur’an dan Al Hadist Firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala, yang artinya: ”Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin dengan bakal suaminya\” (QS. Al Baqarah: 232) ”Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu, bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu ’alahi wa sallam, lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka, lalu Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih” (HR Abu Daud)
Karena yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka. Selain itu seorang yang hendak menikah hendaknyalah melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadist: ”Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya, jika melihatnya itu untuk meminang, meskipun wanita itu tidak melihatnya” (HR. Imam Ahmad) Memang benar dalam beberapa kasus, pasangan yang menikah tanpa didasari cinta bisa mempertahankan pernikahannya. Tapi apakah hal ini selalu terjadi, bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka pernikahan, kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain. Sebuah pernikahan dalam islam diharapkan dapat memayungi pasangan itu untuk menikmati kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang dengan mengikat diri dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Karena itulah rasa cinta dan kasih sayang ini sudah sepantasnya merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum kedua pasangan mengikat diri dalam pernikahan. Karena inilah salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam mensikapi problematika rumah tangga nantinya.
http://amrsay.wordpress.com/2009/07/16/cinta-menurut-islam/
mediamuslim.info -Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah Subhanallahu wa Ta’ala di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. Sebagaimana Firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala, yang artinya: ”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Cinta mengandung segala makna kasih sayang, keharmonisan, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka, lapang dan sempit.
Cinta Adalah Fitrah Yang Suci Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya.Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik. Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia.Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya. Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram. Menikah Tanpa Cinta Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi oleh cinta. Mereka berpendapat bahwa cinta itu bisa muncul setelah pernikahan. Islam memandang bahwa faktor ketertarikan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja.Islam melarang seorang wali menikahkan seorang gadis tanpa persetujuannya dan menghalanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termuat dalam Al Qur’an dan Al Hadist Firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala, yang artinya: ”Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin dengan bakal suaminya\” (QS. Al Baqarah: 232) ”Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu, bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu ’alahi wa sallam, lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka, lalu Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih” (HR Abu Daud)
Karena yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka. Selain itu seorang yang hendak menikah hendaknyalah melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadist: ”Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya, jika melihatnya itu untuk meminang, meskipun wanita itu tidak melihatnya” (HR. Imam Ahmad) Memang benar dalam beberapa kasus, pasangan yang menikah tanpa didasari cinta bisa mempertahankan pernikahannya. Tapi apakah hal ini selalu terjadi, bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka pernikahan, kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain. Sebuah pernikahan dalam islam diharapkan dapat memayungi pasangan itu untuk menikmati kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang dengan mengikat diri dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Karena itulah rasa cinta dan kasih sayang ini sudah sepantasnya merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum kedua pasangan mengikat diri dalam pernikahan. Karena inilah salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam mensikapi problematika rumah tangga nantinya.
http://amrsay.wordpress.com/2009/07/16/cinta-menurut-islam/
Cinta Sejati menurut Islam
-
Tidak rela yang dicintai menderita
-
Rela berkorban apapun demi yang dicintai
-
Memenuhi segala keinginan dari yang dicintai
-
Tidak pernah memaksakan kehendak kepada yang dicintai
-
Berlaku sepanjang masa
Cinta
tersebut hanya ada antara
Khalik dan Makhluk, cinta antara makhluk harus ditambah syarat-syarat
berikut:
-
Cintanya tersebut karena Alloh S. W. T.
-
Harus memenuhi segala aturan yang dibuat oleh Alloh S. W. T.
-
Sex bukanlah cinta dan cinta bukanlah sex, tetapi sex adalah bunga-bunga dari cinta dan hanya ada dalam pernikahan dan hanya dengan yang dinikahi
-
Cinta bukan uang atau harta atau duniawi, tetapi cinta membutuhkan uang, harta dan duniawi.
Cinta
Sejati menurut Kristen:
Adalah
nafsu birahi yang ada
antara laki-laki dan perempuan.
-
Adanya tuhan ayah, tuhan ibu dan tuhan anak
-
Tuhan ayah tidak menikah dengan tuhan ibu, tetapi punya tuhan anak kandung
-
Tuhan anak mengembara keliling dunia bersama dengan 2 (dua) pelacur aktif sekaligus selama bertahun-tahun
-
Di Hosea 1: 2, Hosea 3: 1 dan Hosea 4: 14, berbunyi: "Pergi main pelacur, jadikan anakmu pelacur aktif dan kawini pelacur aktif"
-
Disediakannya "Pelayan Suci Pelampiasan Nafsu Birahi" di setiap sekte di setiap gereja di seluruh dunia" yang mana para pelayan-pelayan tersebut disekolahkah pada sekolah khusus (ada sampai level S - 2 atau Magister) agar mampu memberikan pelayanan pelampiasan nafsu birahi sesempurna mungkin
-
Pelayan pelayan Suci Pelampiasan Nafsu Birahi tersebut menikah kepada Yesus (ada Sakramen/Ijab kabul dan ada Surat Nikah/Testamennya), tetapi justru bersetubuh dengan laki-laki selain yesus
-
Semakin berbakti dan setia serta sempurna melayani yesus, maka semakin dahsyat sexnya dengan laki-laki lain dan semakin banyak laki-laki yang dilayani oleh mereka
Hakikat Cinta Menurut Islam
Cinta itu laksana pohon di dalam hati.
Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahannya adalah
mengetahuinya, rantingnya adalah ketakutan kepadanya, daun-daunnya
adalah malu kepadanya, buahnnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang
menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu
bahagian yang kosong berarti cinta itu berkurang.
Apabila Allah s.w.t. cinta kepada kita maka seluruh makhluk di langit
dan di bumi akan mencintainya bertepatan dengan hadith dari Abu Hurairah
bahawa Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda yang bermaksud: “Jika Allah
s.w.t. mencintai seseorang hamba, maka Jibril berseru, “Sesungguhnya
Allah s.w.t. mencintai Fulan, maka cintailah dia!” Maka para penghuni
langit mencintainya, kemudian dijadikan orang-orang yang menyambutnya di
muka bumi.” [Riwayat Bukhari dan Muslim] Dalam Sunan Abu Daud dari
hadith Abu Dzar r.a., dia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Amal
yang paling utama ialah mencintai kerana Allah s.w.t. dan membenci
kerana Allah s.w.t.” Imam Ahmad berkata: “Kami diberitahu oleh Isma’il
bin Yunus, dari Al-Hassan r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Demi
Allah, Allah s.w.t. tidak akan mengazab kekasih-Nya, tetapi Dia telah
mengujinya di dunia.” Bagaimanakah yang dikatakan hakikat cinta itu?
Banyak mengingati pada yang dicintai, membicarakan dan menyebut namanya.
Apabila seseorang itu mencintai sesuatu atau seseorang, maka sudah
tentu beliau kan sentiasa mengingatinya di hati atau menyebutnya dengan
lidah. Oleh yang demikian, Allah s.w.t. memerintahkan hamba-hamba-Nya
sgsr mengingati-Nya dalam apa keadaan sekalipun sebagaiman yang
difirmankan oleh Allah s.w.t.: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila
kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap
teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa)
banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan).”
[Al-Anfaal:45] Tunduk pada perintah orang yang dicintainya dan
mendahulukannya daripada kepentingan diri sendiri. Dalam hal ini, orang
yang mencintai itu ada tiga macam:
1. Orang yang mempunyai keinginan
tertentu dari orang yang dicintainya.
2. Orang yang berkeinginan
terhadap orang yang dicintainya.
3. Orang yang berkeinginan seperti
keinginan orang yang dicintainya.
Inilah yang merupakan tingkatan zuhud
yang paling tinggi kerana dia mampu menghindari setiap keinginan yang
bertentangan dengan orang yang dicintainya. Firman Allah s.w.t.:
“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Jika benar kamu mengasihi Allah maka
ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa
kamu. dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”
[A’li Imran:31] Daripada Abu Hurairah r.a. berkata: Rasul s.a.w.
bersabda: “Akan timbul di akhir zaman orang-orang yang mencari
keuntungan dunia dengan menjual agama. Mereka menunjukkan kepada
orang-orang lain pakaian yang dibuat daripada kulit kambing
(berpura-pura zuhud daripada dunia) untuk mendapat simpati orang ramai,
dan percakapan mereka lebih manis daripada gula. Pada hal hati mereka
adalah hati serigala (mempunyai tujuan-tujuan yang jahat). Allah s.w.t.
berfirman kepada mereka: Apakah kamu tertipu dengan kelembutanKu? Apakah
kamu terlampau berani berbohong kepadaKu? Demi KebesaranKu, Aku
bersumpah akan menurunkan suatu fitnah yang akan terjadi di kalangan
mereka sendiri sehingga orang ‘alim (cendikiawan) pun akan menjadi
bingung (dengan sebab tekanan fitnah itu)” [Riwayat At-Tirmidzi] Ibnu
Abbas berkata: Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar
tidak meredhai kemungkaran yang berlaku di tengah-tengah mereka. Apabila
mereka mengakui kemungkaran itu, maka azab Allah akan menimpa mereka
semua, baik yang melakukannya mahupun orang-orang yang baik. Umar Ibn
Abdul Aziz berkata: Bahawa sesungguhnya Allah tidak mengazab orang ramai
dengan sebab perbuatan yang dilakukan oleh orang-oeang perseorangan.
Tetapi kalau maksiat dilakukan terang-terangan sedangkan mereka (orang
ramai) tidak mengingatkan, maka keseluruhan kaum itu berhak mendapat
seksa. “Sesungguhnya Allah telah memfardhukan pelbagai perkara wajib,
maka janganlah kamu mengabaikannya, dan telah menetapkan had bagi
beberapa keharusan, maka janganlah kamu melewatinya, dan juga telah
mengharamkan beberapa perkara, maka janganlah kamu mencerobihinya, dan
juga telah mendiamkan hukum bagi sesuatu perkara, sebagai rahmat
kemudahan buat kamu dan bukan kerana terlupa, maka janganlah kamu menyusahkan
dirimu dengan mencari hukumannya”( Riwayat Ad-Dar Qutni, ; Ad-Dar Qutni
: Sohih, An-Nawawi : Hasan ) Mencintai tempat dan rumah sang kekasih.
Di sinilah letaknya rahsia seseorang yang menggantungkan hatinya untuk
sentiasa rindu dan cinta kepada Ka’abah dan Baitulahhilharam serta
masjid-masjid sehinggakan dia rela berkorban harta dan meninggalkan
orang tersayang serta kampung halamannya demi untuk meneruskan
perjalanan menuju ke tempat yang paling dicintainya. Perjalanan yang
berat pun akan terasa ringan dan menyenangkan. Bukannya seperti
kebanyakan daripada manusia zaman ini yang lebih cintakan harta benda
daripada apa yang sepatutnya mereka cintai. Daripada Tsauban r.a
berkata: Rasul s.a.w. bersabda: “Hampir tiba suatu masa dimana
bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan
orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka. Maka
salah seorang sahabat bertanya: Apakah dari kerana kami sedikit pada
hari itu? Nabi s.a.w. menjawab: Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali,
tetapi kamu umpama nuih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa
gerund terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan
mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit “wahan”. Seorang sahabat
bertanya: Apakah “wahan” itu hai Rasul s.a.w? Nabi s.a.w. menjawab:
Cinta dunia dan takut mati” [Riwayat Abu Daud] Mencintai apa yang
dicintai sang kekasih. Dengan mematuhi segala perintah Allah s.w.t.
serta mengamalkan sunnah Rasulullah s.a.w. “Wahai orang-orang yang
beriman! masuklah kamu ke dalam agama Islam (dengan mematuhi) segala
hukum-hukumnya; dan janganlah kamu menurut jejak langkah syaitan;
Sesungguhnya syaitan itu musuh bagi kamu yang terang nyata”
[Al-Baqarah:208] Berkorban untuk mendapatkan keredhaan sang kekasih
Keimanan seseorang muslim itu akan lengkap sekiranya dia mencintai
Rasulullah s.a.w. dengan hakikat cinta yang sebenar. Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Tidak beriman seorang daripada kalian sehingga aku menjadi
orang yang lebih dicintainya daripada (cintanya kepada) anak dan bapanya
serta sekelian manusia” [Riwayat Asy-Syaikhany, An-Nasaai, Ibnu Majah
dan Ahmad] Barangsiapa yang lebih mementingkan orang yang dicintai,
maka beliau sanggup berkorban nyawa sekalipun demi untuk membuktikan
kecintaannya itu kepada sang kekasih yang dicintainya. Oleh yang
demikian, kedudukan iman seseorang masih belum dianggap mantap kecuali
menjadikan Rasulullah s.a.w. sebagai orang yang paling mereka cintai,
lebih besar dari cinta kepada diri mereka sendiri apalagi cinta kepada
anak dan seterusnya keluarga dan harta benda. Firman Allah s.w.t.:
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri
mereka sendiri[1200] dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan
orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak
(waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan
orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik[1201] kepada
saudara-saudaramu (seagama). adalah yang demikian itu telah tertulis di
dalam Kitab (Allah)” [1200] Maksudnya: orang-orang mukmin itu mencintai
nabi mereka lebih dari mencintai diri mereka sendiri dalam segala
urusan. [1201] yang dimaksud dengan berbuat baik disini ialah berwasiat
yang tidak lebih dari sepertiga harta. [Al-Ahzab:6]
Cemburu kepada yang
dicintai. Orang yang mencintai Allah s.w.t. dan Rasul-Nya sentiasa
cemburu hatinya apabila hak-hak Allah s.w.t. dan Rasul-Nya dilanggar dan
diabaikan. Dari kecemburuan inilah timbulnya pelaksanaan amal makruf
dan nahi mungkar. Oleh kerana itulah, Allah s.w.t. menjadikan jihad
sebagai tanda cinta kepada-Nya. Firman Allah s.w.t.: ”Hai orang-orang
yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka
dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang
yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang
berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang
suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui” [Al-Maaidah:54] Menghindari hal-hal yang merenggangkan
hubungan dengan orang yang dicintai dan membuatnya marah. ”Hai nabi,
bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan)
orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan ikutilah apa yang diwahyukan
Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Dan bertawakkallah kepada Allah dan cukuplah Allah sebagai
Pemelihara” [Al-Ahzab:1-3] ”Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat
sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah
amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)” [106] yang dimaksud
dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain
Allah. [Al-Baqarah:165] “Sesudah itu, patutkah mereka berkehendak lagi
kepada hukum-hukum jahiliyah? padahal – kepada orang-orang yang penuh
keyakinan – tidak ada sesiapa yang boleh membuat hukum yang lebih pada
daripada Allah” [Al-Maaidah:50] “Dan janganlah kamu makan (atau
mengambil) harta (orang-orang lain) di antara kamu dengan jalan yang
salah, dan jangan pula kamu menghulurkan harta kamu (memberi rasuah)
kepada hakim-hakim kerana hendak memakan (atau mengambil) sebahagian
dari harta manusia dengan (berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui
(salahnya)” [Al-Baqarah:188] Daripada Abu Hurairah r.a. katanya: aku
mendengar Rasul s.a.w. bersabda: “Umatku akan ditimpa penyakit-penyakit
yang pernah menimpa umat-umat terdahulu. Sahabat bertanya: Apakah
penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?
Nabi s.a.w. menjawab:
Penyakit-penyakit itu ialah
(1) terlalu banyak seronok
(2) terlalu mewah
(3) menghimpun harta sebanyak mungkin
(4) tipu menipu dalam merebut
harta benda dunia
(5) saling memarahi
(6) hasut-menghasut sehingga jadi
zalim menzalimi” [Riwayat Al-Hakim]
[Dipetik dari buku Cinta dan Rindu oleh
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah / Al-Hikam oleh Syeikh Ibn Ata'illah
Al-Sakandari]
Langganan:
Postingan (Atom)