Indahnya Pacaran Setelah Menikah

Da’i kondang yang dikenal selalu menyuarakan nafas dzikir dalam setiap ceramah agamanya (tausiah), Ustadz Arifin Ilham, belum lama ini menggeber siswa-siswi SMA dan SMP Al Kamal untuk mencontoh suri teladan Rasululllah SAW, terutama dalam menjalani proses pendekatan dengan lawan jenis atau bahasa gaulnya adalah pacaran. “Saya bertemu isteri hanya dua kali langsung nikah, tidak ada pacaran,” ucap Ustadz Arifin Ilham saat berdialog dengan para remaja di pelataran parkir Rumah sakit Puri Mandiri Kedoya, Jakarta Barat.

Ceramah agama bersama ustadz  kondang yang disampaikan dalam rangka halal bihalal pegawai Rumah Sakit Puri Mandiri Kedoya dengan masyarakat sekitar ini juga, memberikan santunan kepada sejumlah anak yatim agar dapat membantu biaya kebutuhan sekolah. Santunan diberikan langsung oleh Direktur Utama PT Graha Husada Mandiri, dr Luth Affandi dan Komisaris PT Graha Husada Mandiri Suryo Sudibyo disaksikan Direktur RS Puri Mandiri Kedoya Dr H Mohammad Isnaeni.

Dalam ceramah agamanya, Arifin mengatakan, ciri orang bertaqwa antara lain sibuk memperbaiki diri. Bulan Ramadhan yang telah dilalui bersama merupakan salah satu cara membersihkan diri dari dosa. “Upaya penebusan dosa, tidak cukup hanya dengan berhaji, shadaqoh, tapi istigfar (memohon ampunan) juga penting,” tukasnya. Arifin juga menyebutkan beberapa contoh hadits tentang kekuatan istigfar dalam upaya memperbaiki diri dari dosa. “Tidaklah aku bangun dari tempat dudukku kecuali istigfar seratus kali,” cetus Arifin seraya menambahkan ungkapan Rasulullah yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib ra, “ada orang yang tidak khusuk dalam shalatnya karena ia sedang istigfar.” Kelebihan orang yang sering istigfar dalam hidupnya, kata Arifin, dia semakin menghinakan dirinya, karena itu melipatkan istigfar dalam setiap tarikan nafasnya. Itu
sebabnya, Allah akan memberikan setiap kesusahannya dan memberi kesenangan dalam setiap kesedihannya.
Ceramah agama yang berlangsung santai ini juga mengundang riuh rendah remaja SMP/ SMA dan seluruh karyawan Rumah Sakit Puri Mandiri Kedoya, saat mengeluarkan bahasa pelesetannya. Terik panas matahari tidak membuat mereka beranjak sedikit pun dari tempat duduknya. “Manusia sesungguhnya memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan hewan. Setelah Idul Fitri, Kebon Binatang Ragunan penuh dengan
manusia. Intinya, ingin berhalal bihalal dengan binatang yang selama ini selalu dikaitkan dengan perilaku jahat manusia. Contoh, koruptor disebut tikus. Padahal, binatang itu tidak bersalah, mengapa mereka harus terkena imbasnya,“ urainya berseloroh.

Tak kalah menariknya, Ketua Yayasan Adz Zikra ini juga menarik isteri tercintanya, Yuni, untuk naik ke atas podium. Tanpa bermaksudmengumbar kemesraan yang dijalani selama menjalani biduk rumah tangga, pasangan muda ini kemudian bercerita tentang indahnya pacaran setelah menikah. “Saya bertemu isteri hanya dua kali, yaitu saat berbicara di telepon dan saat meng-khitbah (melamar). Tidak ada pacar-pacaran dan sudah tidak ada keragu-raguan di hati kami,” ungkap Arifin yang diamini oleh Yuni.

Indahnya pacaran setelah menikah

Pacaran? siapa takut. cuy, pacaran yang bagaimana dulu dong. Islami atau tidak pacarannya? btw, gimana sih pacaran yang Islami? semoga tulisan ini akan memberi sedikit informasi bagaimana sih Islam dalam mengatur pacaran.

saat ini bisa kita lihat pasangan pasangan muda mudi jalan bersama, makan bersama, nonton film bersama seperti layaknya pasangan yang tak terpisahkan. meraka kadang sampai berikrar kalo akan selalu bersama dunia dan akherat. Emang akherat gimana sih….kok beraninya janji kalo akan bersama di akherat.
bagi sebagian mereka pegangan tangan, cium tangan, sampai ke yang lebih dalam lagi dilakukan. Banyak dari mereka sampai melakukan hal hal yang hanya diperbolehkan bagi sepasang suami istri. Hari-hari mereka terasa indah katanya. Ada yang melalukan itu dalam hitungan hari, bulan atau bahkan tahun. ada yang berlanjut sampai nikah dan ada pula yang akhirnya putus di tengah jalan tanpa tahu sebab pastinya. kalo dah gini siapa yang rugi?

Bagi yang sampai menikah pun biasanya masalah mulai akan nampak ketika mereka sudah resmi jadi suami istri. Semua sifat dan kelakuan asli muncul yang selama pacaran selalu ditutup tutupi demi sang kekasih. pertengkaran demi pertengkaranpun datang silih berganti. maka tak heran jika kita sering melihat rumah tangga yang berujung pada perceraian. Biasanya alasan sepele saja, “sudah tidak cocok lagi”.
so mana manfaat pacaran? Bagaimana janji-janji yang akan sehidup semati?. ini semua disebabkan karena kita tidak menjadikan Islam sebagai guide dalam kehidupan. kalo kita bisa merubah atau menjalankan pacaran secara islami, insya Allah semua akan selalu dalam karunia Allah.
emang pacaran Islami gimana? dalam islam jelas dilarang berduaan dua orang yang bukan mukhrim karena yang ketiga adalah syetan. so biar aman ya kita harus jadi mukhrim dulu dangan orang yang kita cintai. so menikah gitu?? yup menikah. 

Menikah adalah cara yang diajarkan Islam dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia akan pasangannya. setelah menikah kita bisa melakukan apa saja dengan pasangan kita. dan insya Allah bernilai pahala.
Alhamdulillah sudah mulai banyak saudara saudara kita yang tahu akan pentinya hal ini. sudah banyak temen temen atau adik adik kita yang sudah menikah ketika masih kuliah. semoga Allah memudahkan semua urusannya.
nah disinikan indahnya pacaran setelah menikah. kita ga takut atau ngumpet ngumpet. kita ga takut diketahui oarang lain. kita bisa melakukan apa aja. kan sudah halal hehheheh. beda sekali sama yang pacaran sebelum nikah kan.
kita akan selalu saling mengingatkan atau memeberi semangat. karena dasar dari cinta ini adalah Allah, so semua mencari ridho Allah. setelah nikah bukan pertengkaran yang didapat tapi kedekatan yang muncul. dengan berjalannya waktu cinta dan sayang akan semakin kuat karena bukan didasari dengan kebohongan dan pura pura.
semoga temen temen yang baca tulisan ini segera bisa memulai pacaran yang Islami. sehingga bisa segera merasakan indahnya pacaran setelah menikah.
mohon maaf kalo ada salah dikata. kalo ada kebaikan itu dari Allah semata.

My bibliography

Assalammu'alaikum wr.wb
Sekarang saya akan menceritakan tentang perjalanan hidup saya didunia yang fana ini. Baik sebelum saya memulainya izinkan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu.
Nama: Zulkifli Rambe
T.T.L: Kisaran, 01 April 1985
Status: Sampai sekarang masih jomlo. hehehhe

 Riwayat pendidikan:  






        • SDN 008 Bagan Punak tahun 1993






        • SDN 060 Bangko Bakti tahun 1997
        • SDN 008 Bagan Punak tahun 1998 sampai tamat
        • SMPN 1 Bangko tahun 2000 sampai tamat
        • MA Akhmadul jariyah kota pinang tahun 2003
        • MA Al-Ikhlas Bangko Bakti tahun 2004
        • SMA Al-Qautsar Tanah Putih tahun 2005
        • SMAN 2 Bangko tahun 2006 sampai tamat
        • Universitas Riau Tahun 2006 sampai wisuda (Jurusan pendidikan Bahasa Inggris)
Baik setelah mengetahui nama saya dan riwayat pendidikan saya, saya akan menceritakan kepada anda semua tentang kehidupan saya mulai dari usia 1 tahun sampai sekarang (tentunya yang masih saya ingat. hehehhe maklum saya gak bisa mengingatnya semua).

Baik kita mulai dari kota saya dilahirkan yaitu Kisaran. Saya dilahirkan pada hari senin jam 4.30 WIB di rumah sederhana kami dan kemudian langsung di adzankan oleh Alm ayah saya dan syahlah saya memeluk agama Islam pada waktu itu sampai sekarang.

dimasa kanak-kanak saya lebih senang bermain dengan anak tulang saya dan anak unde saya. ya namanya aja anak-anak kami lebih sering bermain dikebun coklat Alm Opung saya. terkadang karena keasikan bermain kami sering dimarahi sama orang tua kami karena kami lupa waktu makan.. hehehhehe. mungkin hanya segini yang masih saya ingat waktu dikisaran dulu.
pada tahun 1987 orang tua kami pindah keRiau tepatnya Bagansiapiapi tidak terkecuali saya juga dong. hehehhe. Sesampainya di Riau saya lebih sering diejek sama anak-anak tetangga karena saya tidak mengetahui bahasa mereka (melayu) sementara pada saat itu bahasa yang saya ketahui hanya bahasa Mandailing (Batak).karena sering diejek saya lebih memilih diam dirumah saja namun setelah dua tahun kami tinggal diBagansiapiapi saya sudah bisa mengerti bahasa Melayu meskipun masih banyak yang masih saya tidak ketahui.. hehehhe. setelah saya mengetahui bahasa Melayu saya mulai mau berteman dengan anak tetangga yang sebaya dengan saya. meskipun begitu mereka masih sering mengejek saya dengan sebutan anak batak berekor. tidak jarang saya menangis ketika mereka mengejek saya begitu. setelah saya menangis saya pun langsung pulang dan mengadu sama ibu saya dan ibu saya hanya bisa menghibur saya dengan kata-kata keibuannya. heheheh.


pada tahun 1993 orang ayah saya mendaftarkan saya kesekolah dasar yaitu SDN 008 Bagan Punak dan Alhamdulillah saya diterima untuk belajar disekolah itu. dihari pertama saya sekolah saya minta diantarkan sama orang tua saya dan saya minta ditunggu sampai saya pulang. dihari pertama sekolah saya merasa asing karena 100% siswa baru tersebut orang melayu dan sudah saling kenal sementara saya belum ada satu pun yang saya kenal dari teman sekelas saya tersebut. dan ketika jam istirahat saya lebih memilih menjumpai ibu saya yang tetap sabar menunggu saya dan setelah saya dekat ibu saya, saya menceritakan semuanya sama ibu saya dan ibu saya hanya bisa tertawa. hehehehhe. maklum pada waktu itu saya masih anak bungsu.
seminggu setelah saya sekolah, ibu saya sudah tidak bisa mengantarkan saya lagi kesekolah karena ibu baru siap melahirkan. jadi terpaksalah saya pergi kesekolah sendirian. setelah 4 bulan belajar sudah waktunya ujian yaitu Cawu I dan saya pun sudah malas keluar rumah setelah pulang sekolah dan memilih berdiam diri dirumah sambil belajar. hehehhe maklum student boy. setelah ujian dan waktu yang ditunggu-tunggu pun sudah didepan mata yaitu hari pembagian rapor. ketika dihari pembagian rapor dan saya mendapat ranking kelas ke-11 dan saya mencerikatan sama ortu saya dan mereka memarahi saya karena mendapatkan ranking yang rendah. dan mulai hari itu saya lebih menfokuskan untuk belajar dan belajar saja dan Alhamdulillah di Cawu II saya mendapatkan ranking ke-3. namun setelah hari akan masuk belajar lagi setelah liburan ujian, saya sangat malas untuk pergi kesekolah dan saya selalu mencari-cari alasan supaya saya diizinkan untuk tidak sekolah alhasil karena seringnya tidak masuk kesekolah, wali kelas saya mengirim surat panggilan untuk orang tua saya dan menanyakan masalah saya sama orang tua saya. setelah orang tua saya pulang dari sekolah, dia langsung bertanya sama saya apakah mau sekolah lagi atau tidak dan saya menyatakan tidak mau sekolah lagi. setelah dua bulan lamanya saya tidak sekolah, baru  timbul kembali kemauan saya untuk sekolah kembali dan besoknya saya diantarkan lagi oleh Alm ayah saya kesekolah tersebut dan Alhamdulillah saya masih diterima untuk belajar disekolah itu kembali.

pada tahun 1996 tepatnya saya kelas 4 SD kami pindah keBangko Bakti dan saya pun dipindahkan oleh orang tua saya di SDN 060 Bangko Bakti. upssss ada yang lupa sebelum saya pindah kesekolah tersebut, saya pernah tinggal kelas lho dikelas 4 itu karena bukan kebodohan saya dan bukan juga karena kebandelan saya tapi disebabkan oleh dendam kesumat wali kelas saya sama unde saya. kalau berdasarkan logika tidak mungkin siswa yang ranking 1 pada Cawu-cawu sebelumnya tinggal. sementara pada Cawu ke-2 saya masih ranking satu buat lah ranking saya turun tapi gak mungkin saya tinggalkan? hal ini juga ditanyakan oleh kepala sekolah saya sama wali kelas saya kenapa saya tinggal kelas dan alasan wali kelas saya karena saya bodoh dan alasan wali kelas saya tersebut dibantah mentah-mentah sama kepala sekolah saya karena berdasarkan rapor saya, saya ranking satu pada Cawu-cawu sebelumnya. karena penasaran akan hal itu kepala sekolah saya mengusut tuntas masalah ini dan akhirnya wali kelas saya menceritakan hal yang sebenarnya bahwa dia sakit hati sama unde saya dan sebagai pelampiasannya saya yang ditetapkan untuk tidak naik kelas olehnya. mendengarkan pernyataan iu kepala sekolah saya marah sekali dan menskor wali kelas saya untuk tidak mengajar disekolah itu lagi. Namun apa yang hendak dikata nasi sudah menjadi bubur karena saya dah pindah kesekolah yang baru dan saya membuktikan bahwa hasil rapor saya di Cawu ke-3 waktu kelas 4 di SDN 008 itu tidak benar hal ini terbukti pada saat pembagian rapor Cawu 1 di SDN 060 tersebut saya mandapat ranking 1 dikelas tersebut dan karena keberhasilan saya mendapat ranking satu saya dihadiahkan oleh wali kelas saya buku satu lunsin dan lengkap dengan pena dan tas... saya sangat gembira pada waktu itu.. hehhehe.

pada tahun 1998 orang tua saya pindah lagi keBagansiapiapi dan saya dimasukkan lagi kesekolah saya yang lama yaitu SDN 008 sampai saya menyelesaikan sekolah dasar saya.

pada tahun 2000 aku melanjutkan sekolah ku di SMP N 1 bangko.. di SMP ini aku mengalami pristiwa yang sangat-sangat berat yang harus aku pikul diusiaku, karena pada usia ini Ayah ku ditimpa penyakit yang aneh dan diusia ini juga keluarga kami harus kehilangan semua harta kami ini karena untuk biaya pengobatan Ayah ku tapi hasilnya juga nihil sama sekali. selain hal itu juga diusia ini aku sudah mengenal yang namanya cinta meskipun hanya cinta monyet kata orang-orang. tapi semua itu aku jalani dengan biasa saja karena namanya juga cinta monyet.. hehheheheh. tapi anehnya wanita yang aku suka dari SMP dulu sampai sekarang masih tetap rasanya hati ku telah mati untuk wanita lainnya.
pada tahun 2003 yaitu dihari perpisahan di SMP N 1 bangko tanpa terasa air mataku mengalir karena harus berpisah sama guru-guru ku dan teman-teman akrab ku tidak terkecuali dia.. hehhehehe.

Pada pertengahan tahun 2003 aku melanjutkan sekolah ku ketingkat yang lebih tinggi disinilah jati diri seorang zulkifli rambe diarahkan.dan dibentuk. ditahun ini aku melanjutkan sekolah ku di madrasah aliyah akhmaul jariyah (ponpes) yang Alhamdulillah disini aku mempelajari banyak tentang agama namun hanya satu tahun aku sekolah disini aku dipindahkan lagi sama orang tua ku karena penyakit ayah ku makin memburuk dan akhirnya aku menurutinya. ohya hampir lupa menceritakannya kalau di pesantren ini aku sempat hampir suka sama seorang cewek karena cewek tersebut hampir sama dengan tingkah laku cewek yang aku suka waktu SMP dulu.. hehhehehehe.
setelah berpamitan sama semua teman-teman dipesantren tersebut aku pun resmi meninggalkan ponpes itu dan aku dipindahkan oleh orang tua ku dipesantren dekat rumah kami yaitu di Ponpes Al-ikhlas dipesantren ini aku merasa sangat rugi karena apa yang telah aku pelajari sebelumnya dipesantren ini di ulang kembali, meskipun dengan berat hati aku lalui juga dan akhirnya aku merasa nyaman untuk mengikuti pelajaran meskipun setelah dua bulan.hehehhehe. di Ponpes yang baru aku tidak mondok seperti teman-teman yang lainnya karena orang tua ku tidak mengizinkannya dengan alasan untuk membantu mereka. setelah aku pulang dari sekolah aku berkerja dengan tujuan untuk meringankan beban orang tua ku dan Alhamdulillah aku membiayai sekolah ku dengan hasil kerjaku sendiri dan tidak jarang aku memberikan uang penghasilan ku sama ibuku... aku melakukan itu karena ayah ku sama sekali sudah gak bisa kerja.

setelah satu tahun disekolah itu orang tua aku kembali pindah rumah dan mereka juga memindahkan sekolah ku, sebelum mengambil surat pindah ku disekolah tersebut aku menceritakan keadaan keluarga ku sama kepala sekolah ku dan setelah mendengar penuturan ku dia berkata sambil mengusap kepalaku  sambil meneteskan air mata"dengarkan dengan baik anakku, untuk mencapai suatu keberhasilan itu tidaklah gampang dan jalan yang ditempuh tidak selamanya lurus sekali-kali kamu akan melewati jalan yang mendaki tapi itu tergantung dengan caramu untuk menempuh jalan yang mendaki tersebut apakah kamu akan tetap semangat atau kamu akan menyerah jika kamu menyerah berarti kamu bukan pemenang sejati melainkan kamu adalah pecundang sejati, ingat anak ku bahwa ALLAH memiliki sesuatu yang sangat indah untuk mu kalau kamu memang benar-benar mau menjadi orang yang berhasil ingat itu anak ku mungkin hanya itu yang bisa bapak sampaikan kepadamu dan bapak akan menunggu mu disekolah ini setelah kamu berhasil kamu harus bisa menjadi orang yang berhasil anakku". setelah mendengarkan penuturannya aku memeluknya sambil menangis lalu berkata "Mohon doanya pak, insyaALLAH aku akan menjadi orang yang sukses dan akan aku akan menemui mu disekolah ini pak".



Bersambung....

Kisah Sedih ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Sebutan ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa', mungkin sekarang hanya menjadi sebuah kalimat yang tak ada nilainya. Betapa tidak? Para pahlawan ini memang tak pernah diingat oleh siapapun dan kapanpun. Meski sejatinya ia bermakna dalam kehidupan manusia, terutama di kalangan profesi guru. Kalimat tadi mengandung arti yang luas dan sangat mengena ketika seorang anak kecil mengenang kembali kilas balik kehidupan semasa kecilnya. Terutama ketika baru mau belajar di tingkat Sekolah Dasar.
Pengalaman semasa kecil selalu menjadi kenangan yang tak dilupakan di masa dewasa. Mana-mana sekalipun orang pejabat pasti akan terdengar kisah mereka akan kenangan di masa kecil. Diceritakan baik kepada anak-anaknya, teman-teman kantor atau sesama mereka yang lain. Pengalaman dan kenangan masa lalu sering juga menjadi lelucon bagi yang mendengarkannya. Walaupun cerita lelucon adalah kilas balik mengenang kembali masa kecilnya.
Cerita seorang pejabat, suatu ketika ayah dan ibunya meninggal semasa dirinya berumur lima (5) tahun. Kala itu di kampung tersebut sekolahnya baru dibuka. Si kecil ini dibenci masyarakat sekitarnya. Hidupnya mengandalkan perhatian teman-temannya. Kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan pisang bakar. Dia pun tinggal di rumah peninggalan kedua orang tuanya yang dibangun sejak mereka berumah tangga.
Tak ada pembinaan. Wajar karena tak ada yang memperhatikan dia. Ketika itu seorang guru yang bertugas di kampungnya mengajak si bocah ini untuk tinggal di rumahnya. Sejak menjadi anak angkat, di sekolahnya di mana dia mengajarnya, tentunya di kampung asalnya.
Anak itu makin dewasa. Berbagai pengalaman pahit menjadi guru baginya. Pendidikan tidak ketinggalan. Suatu ketika menyelesaikan tingkat SD. Tentunya dia harus pergi meninggalkan SD dan beranjak masuk di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMP. Perhatian guru yang sebagai orang/tua wali murid itu pun tidak luput.
Umur bertambah, pengalaman pun pasti segudang. Di kala itu perkembangan dan kemajuan belum seperti sekarang ini. Usai menamatkan SMP, pasti dia melanjutkan pendidikan lebih ke atas, tentunya di SMA. Atas perhatian dan dorongan orang tua angkat, anak tadi menyelesaikan studinya.
Pada tahun yang sama dia diterima sebagai seorang pegawai. Setelah beberapa tahun kemudia, melanjutkan kuliah dan berhasil diselesaikan dengan status tugas belajar. Dia pun berhak menyandang titel.
Sudah sekian tahun mereka tidak bertemu, umur orang tua angkat sudah semakin tua. Bahkan dia memasuki masa pensiun apalagi guru jaman Belanda. Pada suatu hari sepulang kerja. Tentu dari kantor. Di rumahnya ada orang tua yang bongkok, pakaiannya compang-camping. Nenek itu duduk di teras menantikan anak angkat itu pulang kantor.
Sepulang dari kantor, pejabat itu melihat dari pintu masuk, seorang nenek sedang duduk menanti di teras depan rumah. Nenek itu memandang ke pintu pagar masuk. "Selamat datang bapak," sapa nenek itu. Dia tak menyahut satu katapun. Salaman juga tidak, langsung buka pintu dan masuk ke rumah menuju kamarnya.
Nenek itu tak menyanggah kalau anak piaranya memperlakukan sikap seperti itu. Nenek menduga mungkin karena kecapean. "Anak, saya mama yang dulu tinggal denganmu di rumahku, saya ibu guru," kata nenek itu seraya memperkenalkan. Tapi kasihan bapak itu langsung mengusir nenek itu dan nenek itu pulang meninggalkan rumah itu.
Cerita ini diangkat sebagai sebuah ilustrasi untuk menyikapi aksi para "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" hari Rabu kemarin di Kantor DPRD Nabire. Dalam aksinya, para guru menuntut hak-hak mereka yang diabaikan selama karena kepentingan tertentu.
Apapun alasannya, menjadi guru adalah tugas mulia. Guru juga bentuk panggilan hidup yang tak sama dengan tugas lain. Mereka bertahan selama 6 jam di sekolah. Sambil mengabaikan kepentingan keluarganya. Mereka bertahan lapar dan haus. Sangat menyedihkan para guru-guru yang bertugas di pelataran hutan dan di pinggiran pantai. Hanya mengandalkan bara api menemani mereka di sepanjang menyandang profesi sebagai guru.
Mungkin inilah nasib mereka. Guru-guru dipermainkan oleh anak-anak, oleh mantan murid-muridnya. Ditendang ke sana kemari bagaikan sebundar bola di tengah lapang hijau. Meski disimak, siapa pemimpin dan siapa dibalik pemimpin? Apa pembangunan dan siapa dibalik pembangunan? Apa pemerintahan dan siapa dibalik pemerintahan? Apa kesehatan dan siapa dibalik kesehatan? Apa ekonomi dan siapa dibalik ekonomi? Siapa pejabat dan ada siapa yang mendasari dari semua aspek pembangunan??
Sangat terharu ketika setiap orang menyaksikan aksi protes yang dilangsungkan para guru dua hari lalu.. Mereka berjalan kaki melintasi kota Nabire menuju kantor wakil rakyat. Mereka datang hanya untuk menyampaikan dan memprotes sebab musabab terjadi penyelewengan sejumlah sumber dana yang diperuntukan bagi mereka dan anak-anak didik mereka.
"Kami datang untuk mempertanyakan hak-hak yang selama ini tidak sampai pada tangan kami dan anak-anak didik kami," kata seorang ibu guru. Ya, semoga dambaan para guru ini terwujud, agar mereka kembali menjalankan tugas mulianya, mengajar dan mendidik generasi penerus negeri ini.

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=3523

Mulianya Sang Pelita Ilmu

Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Tirmidzi, hadits shahîh menurut al-Albani dalam Shahîh at-Tirmîdzi II/343)
Dalam sebuah esai, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Qomaruddin Hidayat, menukil sebuah hadits yang memaparkan bagaimana mulianya posisi guru di mata Allah SWT.
Di akhirat kelak, ketika pintu surga sudah dibuka dan barisan-barisan semua calon penghuni surga dipersilakan masuk. Tapi tak ada satupun yang bergerak. Barisan calon penghuni surga itu terdiri atas para dermawan, pahlawan, orangtua yang penuh tanggungjawab pada keluarganya, orang yang rajin beribadah dan beramal shalih, dan sekian barisan lain yang amal kebajikannya jauh lebih berat ketimbang dosa-dosanya.
Melihat calon penghuni surga tak segera masuk ke taman surgawi yang sangat indah, malaikat heran dan bingung. Ada gerangan ini? Malaikat kemudian mendekati setiap barisan dan bertanya. Malaikat pun tahu penyebabnya.
”Kami tak mau memasuki taman surga sebelum rombongan guru masuk lebih dulu. Kami bisa membedakan baik dan buruk, bisa menjalani hidup dengan baik dan bermakna hingga mengantarkan kami ke surga, semuanya berkat pendidikan guru-guru kami.” Setelah barisan guru yang tadinya berdiri di belakang dipersilakan masuk surga, barulah rombongan lain mengikuti di belakangnya.

http://majalahqalam.com/features/feature-pendidikan/guru-nasib-pelita-yang-tak-kunjung-terang/

Guru: Nasib Pelita yang Tak Kunjung Terang

Sosok seperti Nurul sekedar contoh dari ribuan guru-guru yang berjasa tanpa mengharap pamrih besar dalam mencerdaskan generasi pelanjutnya. Sayangnya, seperti biasa, para pahlawan itu masih saja harus menjadi “Oemar Bakri” yang terus bertahan hidup dalam keprihatinan.
Ribuan Oemar Bakri tetap semangat mengajar murid-murid tercintanya meski gajinya sering ”disunat”. Bahkan ketika murid-muridnya sudah sukses, sosok Oemar Bakri tetap sederhana, dan nasibnya juga tak kunjung membaik. Tokoh rekaan karya Iwan Fals itu terus tergambar nyata dalam nasib banyak guru di Indonesia hingga kini.
Sejak bergulir kebijakan 20 persen anggaran negara bagi pendidikan, nasib guru agak terangkat. Tapi masih sangat banyak yang masih berkondisi seperti Omar Bakri. Dalam Surat Cinta Seorang Guru (Kompas, 12/12), terpapar kegelisahan laten para guru ketika inflasi terjadi, dan harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi.
Sebagian besar kehidupan para guru cenderung masih banyak ditopang kredit dan hutang. Gali lubang tutup lubang, istilahnya. Apalagi para guru yang berstatus tidak tetap di daerah-daerah. Tak sedikit dari mereka harus nyambi menjadi tukang ojek, becak, atau parkir untuk menambah penghasilan demi menjaga ”kepulan asap dapur” keluarganya.
Kehidupan mereka tak jauh berbeda dengan buruh pabrik, karyawan, maupun kuli serabutan lainnya. Wajar dan benar kelakar yang menyebutkan, ”Pikiran guru seperti kaum intelekual, tapi kerjanya seperti kuli.” Lantas, bagaimana guru akan dapat mengajar maksimal jika tenaga dan pikirannya tidak fokus karena masih memikirkan urusan lain?
Kian Sejahtera?
Berdasarkan amanat UUD 45, pemerintah diwajibkan menganggarkan 20 persen dana dari Anggaran Pembangunan Nasional (APBN) untuk kepentingan pendidikan. Sayangnya, hasil gelar sidang uji materi (judicial review) Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap UU Sisdiknas dan UU No 18 tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU APBN) pada 20 Februari 20O3 silam, telah memutuskan masuknya elemen gaji guru dalam dalam komponen anggaran pendidikan nasional.
Hasilnya, anggaran pendidikan pun masih tidak beranjak dari jumlah yang telah ada selama ini. Penambahan alokasi elemen gaji guru, hanya menggelembungkan komulasi prosentase anggaran pendidikan yang telah diraih pemerintah untuk mendekati angka 20 persen.
Bersamaan dengan itu, anggaran untuk kesejahteraan guru pun harus kejar mengejar, bahkan potong memotong, dengan anggaran perbaikan sarana prasarana pendidikan, BOS dan lainnya dari keseluruhan anggaran pendidikan. Anggaran pendidikan yang kini tercantum Rp 49,7 triliun pun harus dipotong 15 persen untuk gaji guru yang semestinya dialokasikan dari alur lain yang sesungguhnya menjadi tanggungjawab pemerintah.
Meski sementara ini pemerintah dinilai cukup berhasil dalam meningkatan kesejahteraan guru melalui realisasi tunjangan profesi, tapi banyak kalangan memandang upaya ini masih menyisakan persoalan bagi guru-guru non Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau guru honorer.
Berdasarkan data Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), jumlah guru honorer di Indonesia saat ini tercatat 922 ribu orang. Terdiri dari 472 ribu orang di sekolah negeri dan 450 ribu orang di sekolah swasta tersebar di seluruh kabupaten/kota.
“Saat ini para guru honorer mengajar tanpa jaminan apapun. Tak ada gaji tetap, tunjangan keluarga dan kesehatan, apalagi pensiun,” tutur mantan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Ginandjar Kartasasmita beberapa waktu lalu.
Sebagian besar guru honorer tersebut, imbuh Ginandjar, mengajar di sekolah-sekolah agama yang tak terjangkau sistem pembinaan pendidikan oleh pemerintah daerah, karena pendidikan agama berada di bawah kewenangan pemerintah pusat.
“Akibatnya banyak lembaga pendidikan agama di daerah seperti pesantren-pesantren terisolasi dari jangkauan pemerintah pada tingkat terdekat, yaitu pemerintah daerah,” lanjut Ginandjar.
Apalagi gaji guru honorer yang sementara ini mereka peroleh dari bakti mengajar masih di bawah rata-rata upah minimum regional (UMR). Oleh karena itu, Ginandjar meminta pemerintah segera mencari penyelesaian tuntas terhadap masalah ini dengan menentukan pendapatan minimum para guru honorer, meski secara bertahap.
Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November, semoga tidak hanya menjadi hari inventarisasi masalah yang dialami para guru, sang pahlawan tanpa jasa saja. Butuh kebijakan yang lebih memihak kepada peningkatan kesejahteraan mereka, tanpa diskriminasi PNS, honorer, atau lainnya.

http://majalahqalam.com/features/feature-pendidikan/guru-nasib-pelita-yang-tak-kunjung-terang/

Bukan lagi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Tapi Pahlawan yang Berjasa

Tiada kata yang lebih indah dari cinta
Tiada sikap yang lebih indah dari pengorbanan
Tiada jasa yang lebih indah dari seorang guru


Cinta dan pengorbanan semua ada dalam dirinya
Dari cinta dan pengorbanannya
Lahirlah bunga bangsa 'tuk harumkan bangsa ini


Karena cinta dan pengorbanannya
Dia ajarkan apa yang tidak kita tahu
Dia berikan pengalaman hidupnya
Hingga jadi guru yang sangat berarti dalam hidup kita


Tak pernah kita sadari
Dari kata dan sikapnya yang indah
Kita menjadi orang yang berguna saat ini
Tapi...
Apa pernah kita memikirkan bahkan menghargainya ?


Dia memang bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa
Tapi guru...Pahlawan yang berjasa dalam hidup kita
Buatlah cinta dan pengorbanannya menjadi teladan bagi kita
Buatlah gurumu bangga dengan masa depanmu
Karena masa depanmu adalah kebanggaan baginya


http://www.sukainternet.com/archive/5/1199273613/Bukan-lagi-Pahlawan-Tanpa-Tanda-Jasa,-Tapi-Pahlawan-yang-Berjasa